Kamu harus tahu.. bahwa setiap kali kamu
tersenyum. Ada aku yang memperhatikan senyummu diam-diam lalu ikut tersenyum..
Kamu harus tahu.. bahwa rasaku, tidak pernah meminta balasan yang sama.
*
Hujan rintik-rintik di sore itu.
Mengawali awal pembicaraan panjangku denganmu. Mengawali sebuah kisah baru yang
tercatat. Iya, saat aku dan kamu berteduh bersama kala hujan sore itu. Saat
senyum aku dan kamu saling terkulum. Saat aku, sibuk mengamati wajahmu
diam-diam.
Kamu menatapku yang sedang memeluk
tubuhku yang kedinginan. Mata beningmu terasa lebih hangat ketika menatapku
seperti itu. Kehangatan yang jarang kau hadir lewat kedua mata beningmu,kini
kau hadirkan saat aku tengah melawan rasa dingin. Ah..kamu!
“Lo gak dijemput?” katamu mengawali
pembicaraan, memecah keheningan,dan membuat detak jantungku menjadi terasa tak
wajar.
“Iya.”Jawabku pelan seperti tercekik.
Aku yang cerewet luar biasa menjadi orang yang pendiam ketika ada kamu di
dekatku.
“Gabawa payung?” Tanyamu lagi. Aku
melirik kesamping, yang aku lihat hanya lenganmu yang hitam. Aku menatap
keatas, menatap wajahmu yang masih saja menatap lurus kedepan.
“Enggak. Gue gak tau kalau gue gak
dijemput hari ini”Jawabku.
Kamu mengulurkan tanganmu.Menikmati
tetesan hujan yang jatuh perlahan. Kamu menoleh kearahku, kamu menatapku
dalam-dalam. Aku juga menatapmu, memberitahu padamu bahwa selama ini aku
menyimpan rasa yang berlebihan kepadamu. Memberitahu padamu, bahwa aku merasa
senang kita bisa berdua disini.dibawah hujan.
“Gue suka hujan” Katamu sambil
tersenyum. Kamu yang jarang berbicara, kamu yang terlalu dingin tiba-tiba
mengatakan kesukaanmu pada hujan. Padaku, orang yang tidak pernah terlihat
dalam pandangan matamu.
“Gue gasuka hujan.” Jawabku polos.
Alismu bertemu.
“Kenapa?”
“Soalnya, gue gak bisa kena hujan.Kena
hujan sedikit gue pasti sakit”Kataku sambil terkekeh pelan. Kamu mengangguk
mengerti.
Kamu masih sibuk menatapi hujan yang
merintik. Menikmati bau tanah basah. Menikmati desau angin yang berhembus
menyejukkan. Kamu tidak pernah menyadari, dari dulu. Saat aku ada didekatmu,aku
selalu mencuri kesempatan untuk menatapmu diam-diam. Lama sekali..
Kamu tidak pernah tahu. Kamu adalah
orang yang menempati urutan pertama didalam hatiku.Meski secara diam-diam. Kamu
tidak pernah tahu, bahwa aku begitu menyukai caramu ketika kamu sedang
menatap sesuatu secara serius. Aku menyukai kamu,dan juga mata indahmu.
Kamu juga tidak pernah tahu. Kalau kamu
adalah objek yang pertama kali ku cari ketika masuk sekolah. Kamu adalah
satu-satunya alasan mengapa aku begitu semangat pergi ke sekolah setiap
hari.Kamu adalah satu-satunya orang yang tidak pernah tahu arti tatapanku.
“Gue dari dulu suka hujan. Seneng banget
main hujan-hujanan” Kamu mulai bercerita.
Kamu tahu? Hal yang paling menarik yang
aku dengar adalah ketika kamu sedang bercerita. Entah itu cerita apapun. Semua
hal yang kamu ceritakan pasti terdengar sangat seru,sangat menarik untuk ku
simak walau aku sendiri tidak tahu apa yang sedang kamu ceritakan.
Mulutmu masih terus saja bercerita
panjang lebar tentang kencintaanmu pada hujan. Aku mendengarkannya meski
suaramu beradu dengan rintik hujan yang semakin lama semakin deras. Tapi aku
suka mendengarkan ceritamu,dibawah hujan.
Sebuah sedan hitam mengkilap
berhenti.Kamu menghentikan ceritamu. Kaca mobil terbuka, seorang wanita
tersenyum ke arahku. Itu mamaku.
“Shilla, maaf ya mama telat jemput
kamu.Ayo pulang”Kata mama. Aku menoleh kearahmu.
“Mau bareng Rio?” Tanyaku. Kamu
menggeleng.
“Enggak, gue pulang sendiri bisa kok”
Jawabmu.
Aku mengangguk, lalu mulai masuk kedalam
mobil. Mobil mulai melaju perlahan meninggalkan tempat kita berteduh tadi.Aku
menatapmu yang masih berdiri disana ditemani rintik hujan yang mulai mereda.
Aku tersenyum simpul. Rio.. terimakasih untuk hari ini.
*
Kamu memang menjadi hal yang paling
menarik untuk aku tatap terus menerus tanpa bosan. Berkali-berkali aku melirik
ke arahmu. Berkali-kali aku menatapmu lekat. Rasa itu tetap sama, kamu, selalu
saja memesona dalam pandangan mataku.
Pagi ini. Kamu sedang duduk di bangku,
sambil menopang dagu. Dengan wajahmu yang serius, kamu memikirkan
sesuatu.Alismu berkerut menggemaskan,bola matamu menjadi bening terkena biasan
cahaya matahari yang menelusup melalui jendela kelas.
Aku menatapmu lekat,tanpa berkedip sedikitpun. Kamu masih
tetap sama, tetap menjadi pemuda pendiam,namun memiliki pesona yang begitu
kuat. Kamu masih tetap sama, dengan tingkah lakumu itu, yang membuatku semakin
penasaran padamu.
Kamu..Sama indahnya seperti hujan yang
datang di saat sore. Tatapan matamu sama teduhnya seperti angin yang berhembus
menelisik ketika hujan datang. Sifatmu sama dinginnya seperti desauan angin
yang menyapa kulit. Begitu dingin, begitu tak peduli apapun.
Aku selalu bertanya, kapankah perasaan
ini akan habis untukmu?Perasaanku yang diam-diam terpendam dan tidak ada
seorang pun yang tahu.Perasaanku, yang selalu saja menyisipkan namamu
dibaris-baris doaku pada Tuhan. Perasaanku yang dari dulu tetap sama ketika
menatapmu matamu.Aku menyukai kamu dan matamu..
“Shilla..” Sapa Ify sahabatku dengan
riang. Giginya yang juga di behel sepertiku tidak terkulum. Ia memamerkan
senyum manisnya pagi ini.
“Lo lagi ngeliat apa?Rio?” Tanya Ify.
Aku menggeleng, mengalihkan pandanganku. Ify adalah satu-satunya orang yang
tahu kalau aku mencintai Rio dalam diam.
“Nothing” Jawabku pelan sambil
tersenyum.
“Nanti lo gak dijemput ya?” Tanya Ify.
“Yah..Enggak lah Fy, nyokap pergi,mobil
disita,hape disita,semuanya disita cuma karena nilai gue anjlok” Kataku lemas.
Ify menepuk pundakku.
“Lo pulang sama gue aja kalau gue hari
ini gak kerja kelompok.Oke?” Kata Ify.
Aku mengangguk tanda mengerti. Lalu Ify
pergi meninggalkanku. Aku menoleh kearahmu, disaat yang bersamaan kamu juga
sedang menoleh ke arahku.Kita saling bertatapan,matamu dan mataku bertemu.
Disaat inilah aku hanya ingin, waktu berhenti sejenak.. Agar aku, bisa menatap
matamu terus..tanpa henti..
Kamu mengalihkan pandanganmu. Aku
menghembuskan nafas keras. Bisakah aku memiliki tatapan matamu itu? Jawab aku
Tampan..
*
Hujan kembali menyapa penghujung sore.
Aku berdiri sendiri di halte bus yang sepi menatap kendaraan yang berlalu
lalang. Ify membatalkan rencana untuk pulang sekolah bersamaku karena ia harus
mengerjakan project dari Mr Jo. Ya, Ify adalah sahabat yang menjengkelkan.
Aku mengetuk-ngetuk sepatuku di lantai
halte yang becek. Sesekali berharap agar bus yang akan ku tumpangi datang.Aku
mengedarkan pandanganku, bosan mulai menyeruak,lelah sudah mendera tubuhku
sedari tadi. Aku ingin cepat pulang.
Tap..tap..tap..
Langkah kaki di lantai yang becek
terdengar di ujung halte. Aku masih sibuk menatap tiap rintik hujan yang jatuh.
Tidak peduli pada orang yang baru saja datang. Orang yang saat ini sudah ada
disampingku. Orang yang sedang menatap hujan sepertiku. Aku menoleh, orang
itu.. orang yang selama ini membuatku harus memendam perasaanku diam-diam.
Orang yang menempati urutan pertama di hatiku. Orang itu…kamu.
Kamu menoleh ke arahku lalu memberikan
aku sebuah senyum tipis. Aku ikut tersenyum,mencoba untuk bersikap biasa saja
padahal aku senang bukan main ketika ada kamu di dekatku. Aku munafik
bukan?Merasa biasa saja, padahal aku begitu senang ketika ada kamu.
“Nyokap lo telat jemput lagi?” Tanyamu.
Aku menoleh, lalu menggeleng.
“Nyokap emang gak jemput hari ini. Gue
pulang naik bus” Jawabku.
“Naik Bus?Rumah lo dimana?”
“Puri..”
“Hujan-hujanan aja sama gue yuk. Rumah
lo kan ga jauh-jauh banget”Katamu. Aku melotot.
“Gak Rio..Nanti gue sakit!” Jawabku.
“Kenapa harus takut sakit? Di dunia
semua orang pasti sakit kok. Gak ada yang gak sakit.” Kamu meraih tanganku. Aku
menahan langkahmu.
“Tapi Rio-”
“Gak apa-apa Shill..” Katamu.
Aku akhirnya menyerah. Kamu menggenggam
tanganku yang dingin. Mencoba menghangatkanku dengan cerita-cerita yang kau
lantunkan lewat bibirmu. Entahlah.. Aku bahkan bingung maksud dari genggamanmu
apa. Aku bahkan tidak pernah berharap dan tidak akan mau berharap kau memiliki
rasa yang sama padaku.
Jantungku berdebar ketika kamu
mengenggam tanganku secara tiba-tiba.Sebuah gerakan yang begitu pelan kau
lakukan namun menimbulkan getaran tak wajar di hatiku. Ini bukan mimpi.. Ini
adalah sebuah kenyataan yang tak pernah ku duga. Kamu.. Menghangatkanku dengan
jemarimu.
Hujan masih turun dengan deras. Tubuhku
dan tubuhmu basah kuyup. Bibirku membiru, gigiku gemeletuk karena dingin yang
dahsyat menusuk. Kamu memperhatikanku, genggamanmu telah terlepas sedari tadi.
Tapi tatapanmu hangatmu menghujam kedua bola mataku.
Aku bertanya, inikah kamu yang mengubah
segalanya jadi seperti mimpi?
Langkahmu dan langkahku mulai mendekat
menuju rumahku. Sekali lagi, aku memperhatikan lekuk wajahmu diam-diam. Kamu
tampan dan memesona dalam pandanganku. Sikap dinginmu menjadi daya tarik
tersendiri untukku. Kamu.. Adalah pangeran hujanku.
Aku membuka pintu rumahku. Kamu masih
berdiri sambil melirik kesekeliling halaman rumahku. Kamu menjadi menggemaskan
ketika sedang seperti itu.
“Masuk dulu yuk Rio!”Kataku.
“Enggak deh Shill, udah sore banget gue
harus pulang sekarang” Jawabmu.
“Basah kuyup gitu?Pinjem baju kak Riko
aja baru lo pulang.Ya ya ya?” Kataku dengan tatapan mengiba.
“Enggak Shill, gue udah biasa. Gue
pulang ya?”
Aku mengangguk pasrah mengikuti
keinginanmu. Kamu tersenyum simpul.
“Oke, gue pulang ya” Katamu lalu kamu mengacak-acak
rambutku dengan gemas.
Aku tersipu. Ku tatapi punggungmu yang
mulai menjauh. Sesekali berharap, semoga kamu juga mencintaiku secara
diam-diam. Semoga kamu, suatu hari nanti, akan membisikan aku sebuah kata yang
begitu aku inginkan.
Kini, aku tahu bahagia itu memang
sederhana.
Sesederhana saat aku dan kamu berdua
dibawah langit yang mengguyur hujan.
*
Cuaca siang hari begitu terik, angin
sesekali bersemilir lembut menyejukkan. Aku berbaring di tempat tidurku yang
empuk. Ku tatapi langit-langit kamar. Aku tidak masuk sekolah karena aku
terkena demam yang tinggi. Suhu tubuhku menjadi sangat panas. Ya, hal yang
biasa ketika aku terkena hujan.
Aku mengambil sebuah buku yang
tergeletak begitu saja di meja kecil samping tempat tidurku. Aku meraih pena,
membuka lembar demi lembar buku. Aku tersenyum, siap untuk menggoreskan tinta
diatas kertas.
Aku tahu, kamu adalah seorang pemuda
misterius yang selalu ada di dekatku saat hujan turun di penghujung sore.
Aku tahu,kamu adalah sosok yang tak
pernah teraba sedikitpun olehku.
Hadirmu yang secara tiba-tiba,
mengejutkan,tapi juga membahagiakan.
Kamu tak pandai mengeluarkan banyak
kata-kata manis nan penuh magis.
Tapi kamu selalu pandai menghangatkanku
dengan jemari dan tatapanmu..
Aku jatuh cinta padamu, entah kamu.
Kamu seperti hujan yang mengguyur secara
tiba-tiba dan tak tertebak.
Kamu adalah hal yang selalu membuatku
bertanya-tanya.
“Pernahkah kamu bahagia ketika bersamaku
seperti aku yang selalu bahagia ketika bersamamu?”
Aku tersenyum puas menatap barisan
kata-kata yang baru saja ku tulis. Semilir angin yang lembut sedikit
menyamarkan rasa panas yang berlebihan. Aku menghela napas panjang, ku tatap
jendela. Wajahmu masih bolak-balik memenuhi pikiranku.
Namamu masih sering ku rapalkan dalam
baris-baris do’a. Hujan terasa lebih indah jika ku lewati bersamamu. Kamu,
hujan, dan penghujung sore yang menyembunyikan semburat jingga-nya menjadi hal
paling menarik dan hal yang paling aku tunggu.
Tok..tok..tok..
“Ya?Masuk”
Aku mengalihkan pandanganku. Lalu
tersenyum bahagia karena kamu sudah berdiri diambang pintu sambil tersenyum
padaku. Senyumanmu manis sekali, wajahmu terlihat lebih berseri-seri siang ini.
Kamu terlihat sangat manis hari ini.
“Hei.. Sorry Shill, gara-gara gue lo
sakit” Katamu pelan.
“Gak apa-apa kok yo..Tubuh gue aja yang
terlalu lemah” Jawabku. Kamu duduk disampingku.
Kamu tidak berhenti tersenyum, aku
kebingungan mencari arti dari senyummu yang merekah tanpa henti seperti ini.
Kita terdiam, desah angin sesekali terdengar halus. Kita sama-sama menatap
langit biru yang tak tertutup awan.
“Lo bolos sekolah?” Kataku, mulai berani
bertanya.
“Enggak, sekolah emang lagi pulang
cepet. Biasa, rapat guru” Jawabmu.
“Oh. Lo seneng banget kayaknya hari
ini.Kenapa?”Aku mulai menanyakan hal yang dari tadi aku sembunyikan, aku
pendam. Senyummu semakin merekah, semakin manis.
“Gue..” Katamu, menggantung semua
kalimatmu.
“Gue jadian sama Ify! YESS!” Katamu
sambil melonjak kegirangan.
Aku terdiam, kamu bercerita tentang
bagaimana kamu mengungkapkan perasaanmu. Ada rasa kehilangan yang mendalam. Ify
menikamku, dan kamu meninggalkanku untuk seseorang yang telah mengkhianatiku.
Harusnya Ify tidak menerimamu. Dia tahu
aku memiliki perasaan yang lebih terhadapmu selama berbulan-bulan. Kamu belahan
jiwaku, dan Ify juga belahan jiwaku. Haruskah belahan jiwaku memilih pergi
dengan belahan jiwaku yang lain?
Aku merasa kan sesuatu yang tak pernah
aku rasakan sebelumnya.
Hampa..
*
Jalanan terlihat sepi. Hujan
rintik-rintik mulai turun lagi. Selalu, setiap sore. Aku berdiri sendiri di
ruko yang sudah tutup. Angin berhembus menusuk tulang. Aku kesepian. Tidak ada
lagi kamu yang selalu datang ketika hujan di penghujung sore datang.
Semenjak itu, aku sengaja menjauh darimu
agar luka yang aku miliki lekas sembuh. Cinta diam-diam yang aku punya ini
masih dengan rapi ku simpan. Hingga hatimu yang selalu beku, tidak pernah tahu.
Ya, aku menyedihkan bukan? Mencintai kamu, yang jelas-jelas mencintai orang
lain. Sahabatku sendiri.
Oh.. aku lupa, Ify bukan lagi sahabatku.
Gadis itu terlalu jalang untuk aku sebut sebagai sahabat bukan?Gadis itu kan
yang mengubahmu menjadi monster yang sangat mengerikan untukku? Kamu, yang dulu
mengakui aku sebagai ‘sahabat’mu sekarang menjadi kamu yang tak lagi melihatku
dalam pandangan matamu.
Entahlah Rio.. Aku bahkan tidak mengerti
mengapa kita menjadi dua orang yang sama-sama memiliki sikap dingin. Entah aku
yang terlalu dingin, entah kamu yang tiba-tiba menjadi seorang pemuda sebeku
es. Aku masih memiliki perasaan yang sama padamu Rio. Aku masih berharap di
tengah-tengah rintik hujan yang jatuh; aku, ingin kamu tahu perasaanku yang
sebenarnya.
Gelak tawa di ujung jalan membuyarkan
lamunanku. Aku menoleh, kamu dan Ify sedang berdua. Berjalan bersama dibawah
hujan yang semakin deras. Aku menahan rasa sesak yang menghimpit didadaku. Aku
menjadi ingat waktu itu, waktu kita berdua dibawah hujan, waktu kamu
mengantarku pulang kerumah.
Kamu lewat di depanku. Tanpa menyapaku,
tidak melihatku sama sekali. Aku menghembuskan nafas keras. Ku tatapi langkahmu
dan dia yang semakin menjauh. Aku merasakan hampa yang tidak tertahankan.
Harusnya aku yang ada disampingku, harusnya jariku yang ada dalam genggamanmu.
Setetes hujan terjatuh dari pelupuk
mataku.
Adakah yang lebih menyakitkan dari
melihat seseorang yang kau cintai diam-diam sedang melewati hujan bersama
mantan sahabatmu di penghujung sore?
0 comments:
Post a Comment