Friday, April 12, 2013

Cerpen: Hujan Di Penghujung Sore

Posted by Alfia at 2:36 AM


Kamu harus tahu.. bahwa setiap kali kamu tersenyum. Ada aku yang memperhatikan senyummu diam-diam lalu ikut tersenyum.. Kamu harus tahu.. bahwa rasaku, tidak pernah meminta balasan yang sama.

*

Hujan rintik-rintik di sore itu. Mengawali awal pembicaraan panjangku denganmu. Mengawali sebuah kisah baru yang tercatat. Iya, saat aku dan kamu berteduh bersama kala hujan sore itu. Saat senyum aku dan kamu saling terkulum. Saat aku, sibuk mengamati wajahmu diam-diam.

Kamu menatapku yang sedang memeluk tubuhku yang kedinginan. Mata beningmu terasa lebih hangat ketika menatapku seperti itu. Kehangatan yang jarang kau hadir lewat kedua mata beningmu,kini kau hadirkan saat aku tengah melawan rasa dingin. Ah..kamu!

“Lo gak dijemput?” katamu mengawali pembicaraan, memecah keheningan,dan membuat detak jantungku menjadi terasa tak wajar.

“Iya.”Jawabku pelan seperti tercekik. Aku yang cerewet luar biasa menjadi orang yang pendiam ketika ada kamu di dekatku.

“Gabawa payung?” Tanyamu lagi. Aku melirik kesamping, yang aku lihat hanya lenganmu yang hitam. Aku menatap keatas, menatap wajahmu yang masih saja menatap lurus kedepan.

“Enggak. Gue gak tau kalau gue gak dijemput hari ini”Jawabku.

Kamu mengulurkan tanganmu.Menikmati tetesan hujan yang jatuh perlahan. Kamu menoleh kearahku, kamu menatapku dalam-dalam. Aku juga menatapmu, memberitahu padamu bahwa selama ini aku menyimpan rasa yang berlebihan kepadamu. Memberitahu padamu, bahwa aku merasa senang kita bisa berdua disini.dibawah hujan.

“Gue suka hujan” Katamu sambil tersenyum. Kamu yang jarang berbicara, kamu yang terlalu dingin tiba-tiba mengatakan kesukaanmu pada hujan. Padaku, orang yang tidak pernah terlihat dalam pandangan matamu.

“Gue gasuka hujan.” Jawabku polos. Alismu bertemu.

“Kenapa?”

“Soalnya, gue gak bisa kena hujan.Kena hujan sedikit gue pasti sakit”Kataku sambil terkekeh pelan. Kamu mengangguk mengerti.

Kamu masih sibuk menatapi hujan yang merintik. Menikmati bau tanah basah. Menikmati desau angin yang berhembus menyejukkan. Kamu tidak pernah menyadari, dari dulu. Saat aku ada didekatmu,aku selalu mencuri kesempatan untuk menatapmu diam-diam. Lama sekali..

Kamu tidak pernah tahu. Kamu adalah orang yang menempati urutan pertama didalam hatiku.Meski secara diam-diam. Kamu tidak pernah tahu, bahwa aku begitu menyukai caramu ketika kamu  sedang menatap sesuatu secara serius. Aku menyukai kamu,dan juga mata indahmu.

Kamu juga tidak pernah tahu. Kalau kamu adalah objek yang pertama kali ku cari ketika masuk sekolah. Kamu adalah satu-satunya alasan mengapa aku begitu semangat pergi ke sekolah setiap hari.Kamu adalah satu-satunya orang yang tidak pernah tahu arti tatapanku.

“Gue dari dulu suka hujan. Seneng banget main hujan-hujanan” Kamu mulai bercerita.

Kamu tahu? Hal yang paling menarik yang aku dengar adalah ketika kamu sedang bercerita. Entah itu cerita apapun. Semua hal yang kamu ceritakan pasti terdengar sangat seru,sangat menarik untuk ku simak walau aku sendiri tidak tahu apa yang sedang kamu ceritakan.


Mulutmu masih terus saja bercerita panjang lebar tentang kencintaanmu pada hujan. Aku mendengarkannya meski suaramu beradu dengan rintik hujan yang semakin lama semakin deras. Tapi aku suka mendengarkan ceritamu,dibawah hujan.

Sebuah sedan hitam mengkilap berhenti.Kamu menghentikan ceritamu. Kaca mobil terbuka, seorang wanita tersenyum ke arahku. Itu mamaku.

“Shilla, maaf ya mama telat jemput kamu.Ayo pulang”Kata mama. Aku menoleh kearahmu.

“Mau bareng Rio?” Tanyaku. Kamu menggeleng.

“Enggak, gue pulang sendiri bisa kok” Jawabmu.

Aku mengangguk, lalu mulai masuk kedalam mobil. Mobil mulai melaju perlahan meninggalkan tempat kita berteduh tadi.Aku menatapmu yang masih berdiri disana ditemani rintik hujan yang mulai mereda. Aku tersenyum simpul. Rio.. terimakasih untuk hari ini.                                                                                                                                                                                                   
*

Kamu memang menjadi hal yang paling menarik untuk aku tatap terus menerus tanpa bosan. Berkali-berkali aku melirik ke arahmu. Berkali-kali aku menatapmu lekat. Rasa itu tetap sama, kamu, selalu saja memesona dalam pandangan mataku.

Pagi ini. Kamu sedang duduk di bangku, sambil menopang dagu. Dengan wajahmu yang serius, kamu memikirkan sesuatu.Alismu berkerut menggemaskan,bola matamu menjadi bening terkena biasan cahaya matahari yang menelusup melalui jendela kelas.                                                                                                                                                                                                                                                                                     Aku menatapmu lekat,tanpa berkedip sedikitpun. Kamu masih tetap sama, tetap menjadi pemuda pendiam,namun memiliki pesona yang begitu kuat. Kamu masih tetap sama, dengan tingkah lakumu itu, yang membuatku semakin penasaran padamu.

Kamu..Sama indahnya seperti hujan yang datang di saat sore. Tatapan matamu sama teduhnya seperti angin yang berhembus menelisik ketika hujan datang. Sifatmu sama dinginnya seperti desauan angin yang menyapa kulit. Begitu dingin, begitu tak peduli apapun.

Aku selalu bertanya, kapankah perasaan ini akan habis untukmu?Perasaanku yang diam-diam terpendam dan tidak ada seorang pun yang tahu.Perasaanku, yang selalu saja menyisipkan namamu dibaris-baris doaku pada Tuhan. Perasaanku yang dari dulu tetap sama ketika menatapmu matamu.Aku menyukai kamu dan matamu..

“Shilla..” Sapa Ify sahabatku dengan riang. Giginya yang juga di behel sepertiku tidak terkulum. Ia memamerkan senyum manisnya pagi ini.

“Lo lagi ngeliat apa?Rio?” Tanya Ify. Aku menggeleng, mengalihkan pandanganku. Ify adalah satu-satunya orang yang tahu kalau aku mencintai Rio dalam diam.

“Nothing” Jawabku pelan sambil tersenyum.

“Nanti lo gak dijemput ya?” Tanya Ify.

“Yah..Enggak lah Fy, nyokap pergi,mobil disita,hape disita,semuanya disita cuma karena nilai gue anjlok” Kataku lemas. Ify menepuk pundakku.

“Lo pulang sama gue aja kalau gue hari ini gak kerja kelompok.Oke?” Kata Ify.

Aku mengangguk tanda mengerti. Lalu Ify pergi meninggalkanku. Aku menoleh kearahmu, disaat yang bersamaan kamu juga sedang menoleh ke arahku.Kita saling bertatapan,matamu dan mataku bertemu. Disaat inilah aku hanya ingin, waktu berhenti sejenak.. Agar aku, bisa menatap matamu terus..tanpa henti..

Kamu mengalihkan pandanganmu. Aku menghembuskan nafas keras. Bisakah aku memiliki tatapan matamu itu? Jawab aku Tampan..

*

Hujan kembali menyapa penghujung sore. Aku berdiri sendiri di halte bus yang sepi menatap kendaraan yang berlalu lalang. Ify membatalkan rencana untuk pulang sekolah bersamaku karena ia harus mengerjakan project dari Mr Jo. Ya, Ify adalah sahabat yang menjengkelkan.

Aku mengetuk-ngetuk sepatuku di lantai halte yang becek. Sesekali berharap agar bus yang akan ku tumpangi datang.Aku mengedarkan pandanganku, bosan mulai menyeruak,lelah sudah mendera tubuhku sedari tadi. Aku ingin cepat pulang.

Tap..tap..tap..

Langkah kaki di lantai yang becek terdengar di ujung halte. Aku masih sibuk menatap tiap rintik hujan yang jatuh. Tidak peduli pada orang yang baru saja datang. Orang yang saat ini sudah ada disampingku. Orang yang sedang menatap hujan sepertiku. Aku menoleh, orang itu.. orang yang selama ini membuatku harus memendam perasaanku diam-diam. Orang yang menempati urutan pertama di hatiku. Orang itu…kamu.

Kamu menoleh ke arahku lalu memberikan aku sebuah senyum tipis. Aku ikut tersenyum,mencoba untuk bersikap biasa saja padahal aku senang bukan main ketika ada kamu di dekatku. Aku munafik bukan?Merasa biasa saja, padahal aku  begitu senang ketika ada kamu.

“Nyokap lo telat jemput lagi?” Tanyamu. Aku menoleh, lalu menggeleng.

“Nyokap emang gak jemput hari ini. Gue pulang naik bus” Jawabku.

“Naik Bus?Rumah lo dimana?”

“Puri..”

“Hujan-hujanan aja sama gue yuk. Rumah lo kan ga jauh-jauh banget”Katamu. Aku melotot.

“Gak Rio..Nanti gue sakit!” Jawabku.

“Kenapa harus takut sakit? Di dunia semua orang pasti sakit kok. Gak ada yang gak sakit.” Kamu meraih tanganku. Aku menahan langkahmu.

“Tapi Rio-”

“Gak apa-apa Shill..” Katamu.

Aku akhirnya menyerah. Kamu menggenggam tanganku yang dingin. Mencoba menghangatkanku dengan cerita-cerita yang kau lantunkan lewat bibirmu. Entahlah.. Aku bahkan bingung maksud dari genggamanmu apa. Aku bahkan tidak pernah berharap dan tidak akan mau berharap kau memiliki rasa yang sama padaku.

Jantungku berdebar ketika kamu mengenggam tanganku secara tiba-tiba.Sebuah gerakan yang begitu pelan kau lakukan namun menimbulkan getaran tak wajar di hatiku. Ini bukan mimpi.. Ini adalah sebuah kenyataan yang tak pernah ku duga. Kamu.. Menghangatkanku dengan jemarimu.

Hujan masih turun dengan deras. Tubuhku dan tubuhmu basah kuyup. Bibirku membiru, gigiku gemeletuk karena dingin yang dahsyat menusuk. Kamu memperhatikanku, genggamanmu telah terlepas sedari tadi. Tapi tatapanmu hangatmu menghujam kedua bola mataku.

Aku bertanya, inikah kamu yang mengubah segalanya jadi seperti mimpi?

Langkahmu dan langkahku mulai mendekat menuju rumahku. Sekali lagi, aku memperhatikan lekuk wajahmu diam-diam. Kamu tampan dan memesona dalam pandanganku. Sikap dinginmu menjadi daya tarik tersendiri untukku. Kamu.. Adalah pangeran hujanku.

Aku membuka pintu rumahku. Kamu masih berdiri sambil melirik kesekeliling halaman rumahku. Kamu menjadi menggemaskan ketika sedang seperti itu.

“Masuk dulu yuk Rio!”Kataku.

“Enggak deh Shill, udah sore banget gue harus pulang sekarang” Jawabmu.

“Basah kuyup gitu?Pinjem baju kak Riko aja baru lo pulang.Ya ya ya?” Kataku dengan tatapan mengiba.

“Enggak Shill, gue udah biasa. Gue pulang ya?”

Aku mengangguk pasrah mengikuti keinginanmu. Kamu tersenyum simpul.

“Oke, gue pulang ya” Katamu lalu kamu mengacak-acak rambutku dengan gemas.

Aku tersipu. Ku tatapi punggungmu yang mulai menjauh. Sesekali berharap, semoga kamu juga mencintaiku secara diam-diam. Semoga kamu, suatu hari nanti, akan membisikan aku sebuah kata yang begitu aku inginkan.

Kini, aku tahu bahagia itu memang sederhana.

Sesederhana saat aku dan kamu berdua dibawah langit yang mengguyur hujan.

*

Cuaca siang hari begitu terik, angin sesekali bersemilir lembut menyejukkan. Aku berbaring di tempat tidurku yang empuk. Ku tatapi langit-langit kamar. Aku tidak masuk sekolah karena aku terkena demam yang tinggi. Suhu tubuhku menjadi sangat panas. Ya, hal yang biasa ketika aku terkena hujan.

Aku mengambil sebuah buku yang tergeletak begitu saja di meja kecil samping tempat tidurku. Aku meraih pena, membuka lembar demi lembar buku. Aku tersenyum, siap untuk menggoreskan tinta diatas kertas.

Aku tahu, kamu adalah seorang pemuda misterius yang selalu ada di dekatku saat hujan turun di penghujung sore.
Aku tahu,kamu adalah sosok yang tak pernah teraba sedikitpun olehku.
Hadirmu yang secara tiba-tiba, mengejutkan,tapi juga membahagiakan.
Kamu tak pandai mengeluarkan banyak kata-kata manis nan penuh magis.
Tapi kamu selalu pandai menghangatkanku dengan jemari dan tatapanmu..
Aku jatuh cinta padamu, entah kamu.
Kamu seperti hujan yang mengguyur secara tiba-tiba dan tak tertebak.
Kamu adalah hal yang selalu membuatku bertanya-tanya.
“Pernahkah kamu bahagia ketika bersamaku seperti aku yang selalu bahagia ketika bersamamu?”

Aku tersenyum puas menatap barisan kata-kata yang baru saja ku tulis. Semilir angin yang lembut sedikit menyamarkan rasa panas yang berlebihan. Aku menghela napas panjang, ku tatap jendela. Wajahmu masih bolak-balik memenuhi pikiranku.

Namamu masih sering ku rapalkan dalam baris-baris do’a. Hujan terasa lebih indah jika ku lewati bersamamu. Kamu, hujan, dan penghujung sore yang menyembunyikan semburat jingga-nya menjadi hal paling menarik dan hal yang paling aku tunggu.

Tok..tok..tok..

“Ya?Masuk”

Aku mengalihkan pandanganku. Lalu tersenyum bahagia karena kamu sudah berdiri diambang pintu sambil tersenyum padaku. Senyumanmu manis sekali, wajahmu terlihat lebih berseri-seri siang ini. Kamu terlihat sangat manis hari ini.

“Hei.. Sorry Shill, gara-gara gue lo sakit” Katamu pelan.

“Gak apa-apa kok yo..Tubuh gue aja yang terlalu lemah” Jawabku. Kamu duduk disampingku.

Kamu tidak berhenti tersenyum, aku kebingungan mencari arti dari senyummu yang merekah tanpa henti seperti ini. Kita terdiam, desah angin sesekali terdengar halus. Kita sama-sama menatap langit biru yang tak tertutup awan.

“Lo bolos sekolah?” Kataku, mulai berani bertanya.

“Enggak, sekolah emang lagi pulang cepet. Biasa, rapat guru” Jawabmu.

“Oh. Lo seneng banget kayaknya hari ini.Kenapa?”Aku mulai menanyakan hal yang dari tadi aku sembunyikan, aku pendam. Senyummu semakin merekah, semakin manis.

“Gue..” Katamu, menggantung semua kalimatmu.

“Gue jadian sama Ify! YESS!” Katamu sambil melonjak kegirangan.

Aku terdiam, kamu bercerita tentang bagaimana kamu mengungkapkan perasaanmu. Ada rasa kehilangan yang mendalam. Ify menikamku, dan kamu meninggalkanku untuk seseorang yang telah mengkhianatiku.

Harusnya Ify tidak menerimamu. Dia tahu aku memiliki perasaan yang lebih terhadapmu selama berbulan-bulan. Kamu belahan jiwaku, dan Ify juga belahan jiwaku. Haruskah belahan jiwaku memilih pergi dengan belahan jiwaku yang lain?

Aku merasa kan sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.

Hampa..

*

Jalanan terlihat sepi. Hujan rintik-rintik mulai turun lagi. Selalu, setiap sore. Aku berdiri sendiri di ruko yang sudah tutup. Angin berhembus menusuk tulang. Aku kesepian. Tidak ada lagi kamu yang selalu datang ketika hujan di penghujung sore datang.

Semenjak itu, aku sengaja menjauh darimu agar luka yang aku miliki lekas sembuh. Cinta diam-diam yang aku punya ini masih dengan rapi ku simpan. Hingga hatimu yang selalu beku, tidak pernah tahu. Ya, aku menyedihkan bukan? Mencintai kamu, yang jelas-jelas mencintai orang lain. Sahabatku sendiri.

Oh.. aku lupa, Ify bukan lagi sahabatku. Gadis itu terlalu jalang untuk aku sebut sebagai sahabat bukan?Gadis itu kan yang mengubahmu menjadi monster yang sangat mengerikan untukku? Kamu, yang dulu mengakui aku sebagai ‘sahabat’mu sekarang menjadi kamu yang tak lagi melihatku dalam pandangan matamu.

Entahlah Rio.. Aku bahkan tidak mengerti mengapa kita menjadi dua orang yang sama-sama memiliki sikap dingin. Entah aku yang terlalu dingin, entah kamu yang tiba-tiba menjadi seorang pemuda sebeku es. Aku masih memiliki perasaan yang sama padamu Rio. Aku masih berharap di tengah-tengah rintik hujan yang jatuh; aku, ingin kamu tahu perasaanku yang sebenarnya.

Gelak tawa di ujung jalan membuyarkan lamunanku. Aku menoleh, kamu dan Ify sedang berdua. Berjalan bersama dibawah hujan yang semakin deras. Aku menahan rasa sesak yang menghimpit didadaku. Aku menjadi ingat waktu itu, waktu kita berdua dibawah hujan, waktu kamu mengantarku pulang kerumah.

Kamu lewat di depanku. Tanpa menyapaku, tidak melihatku sama sekali. Aku menghembuskan nafas keras. Ku tatapi langkahmu dan dia yang semakin menjauh. Aku merasakan hampa yang tidak tertahankan. Harusnya aku yang ada disampingku, harusnya jariku yang ada dalam genggamanmu.

Setetes hujan terjatuh dari pelupuk mataku.

Adakah yang lebih menyakitkan dari melihat seseorang yang kau cintai diam-diam sedang melewati hujan bersama mantan sahabatmu di penghujung sore?

0 comments:

Post a Comment

Friday, April 12, 2013

Cerpen: Hujan Di Penghujung Sore



Kamu harus tahu.. bahwa setiap kali kamu tersenyum. Ada aku yang memperhatikan senyummu diam-diam lalu ikut tersenyum.. Kamu harus tahu.. bahwa rasaku, tidak pernah meminta balasan yang sama.

*

Hujan rintik-rintik di sore itu. Mengawali awal pembicaraan panjangku denganmu. Mengawali sebuah kisah baru yang tercatat. Iya, saat aku dan kamu berteduh bersama kala hujan sore itu. Saat senyum aku dan kamu saling terkulum. Saat aku, sibuk mengamati wajahmu diam-diam.

Kamu menatapku yang sedang memeluk tubuhku yang kedinginan. Mata beningmu terasa lebih hangat ketika menatapku seperti itu. Kehangatan yang jarang kau hadir lewat kedua mata beningmu,kini kau hadirkan saat aku tengah melawan rasa dingin. Ah..kamu!

“Lo gak dijemput?” katamu mengawali pembicaraan, memecah keheningan,dan membuat detak jantungku menjadi terasa tak wajar.

“Iya.”Jawabku pelan seperti tercekik. Aku yang cerewet luar biasa menjadi orang yang pendiam ketika ada kamu di dekatku.

“Gabawa payung?” Tanyamu lagi. Aku melirik kesamping, yang aku lihat hanya lenganmu yang hitam. Aku menatap keatas, menatap wajahmu yang masih saja menatap lurus kedepan.

“Enggak. Gue gak tau kalau gue gak dijemput hari ini”Jawabku.

Kamu mengulurkan tanganmu.Menikmati tetesan hujan yang jatuh perlahan. Kamu menoleh kearahku, kamu menatapku dalam-dalam. Aku juga menatapmu, memberitahu padamu bahwa selama ini aku menyimpan rasa yang berlebihan kepadamu. Memberitahu padamu, bahwa aku merasa senang kita bisa berdua disini.dibawah hujan.

“Gue suka hujan” Katamu sambil tersenyum. Kamu yang jarang berbicara, kamu yang terlalu dingin tiba-tiba mengatakan kesukaanmu pada hujan. Padaku, orang yang tidak pernah terlihat dalam pandangan matamu.

“Gue gasuka hujan.” Jawabku polos. Alismu bertemu.

“Kenapa?”

“Soalnya, gue gak bisa kena hujan.Kena hujan sedikit gue pasti sakit”Kataku sambil terkekeh pelan. Kamu mengangguk mengerti.

Kamu masih sibuk menatapi hujan yang merintik. Menikmati bau tanah basah. Menikmati desau angin yang berhembus menyejukkan. Kamu tidak pernah menyadari, dari dulu. Saat aku ada didekatmu,aku selalu mencuri kesempatan untuk menatapmu diam-diam. Lama sekali..

Kamu tidak pernah tahu. Kamu adalah orang yang menempati urutan pertama didalam hatiku.Meski secara diam-diam. Kamu tidak pernah tahu, bahwa aku begitu menyukai caramu ketika kamu  sedang menatap sesuatu secara serius. Aku menyukai kamu,dan juga mata indahmu.

Kamu juga tidak pernah tahu. Kalau kamu adalah objek yang pertama kali ku cari ketika masuk sekolah. Kamu adalah satu-satunya alasan mengapa aku begitu semangat pergi ke sekolah setiap hari.Kamu adalah satu-satunya orang yang tidak pernah tahu arti tatapanku.

“Gue dari dulu suka hujan. Seneng banget main hujan-hujanan” Kamu mulai bercerita.

Kamu tahu? Hal yang paling menarik yang aku dengar adalah ketika kamu sedang bercerita. Entah itu cerita apapun. Semua hal yang kamu ceritakan pasti terdengar sangat seru,sangat menarik untuk ku simak walau aku sendiri tidak tahu apa yang sedang kamu ceritakan.


Mulutmu masih terus saja bercerita panjang lebar tentang kencintaanmu pada hujan. Aku mendengarkannya meski suaramu beradu dengan rintik hujan yang semakin lama semakin deras. Tapi aku suka mendengarkan ceritamu,dibawah hujan.

Sebuah sedan hitam mengkilap berhenti.Kamu menghentikan ceritamu. Kaca mobil terbuka, seorang wanita tersenyum ke arahku. Itu mamaku.

“Shilla, maaf ya mama telat jemput kamu.Ayo pulang”Kata mama. Aku menoleh kearahmu.

“Mau bareng Rio?” Tanyaku. Kamu menggeleng.

“Enggak, gue pulang sendiri bisa kok” Jawabmu.

Aku mengangguk, lalu mulai masuk kedalam mobil. Mobil mulai melaju perlahan meninggalkan tempat kita berteduh tadi.Aku menatapmu yang masih berdiri disana ditemani rintik hujan yang mulai mereda. Aku tersenyum simpul. Rio.. terimakasih untuk hari ini.                                                                                                                                                                                                   
*

Kamu memang menjadi hal yang paling menarik untuk aku tatap terus menerus tanpa bosan. Berkali-berkali aku melirik ke arahmu. Berkali-kali aku menatapmu lekat. Rasa itu tetap sama, kamu, selalu saja memesona dalam pandangan mataku.

Pagi ini. Kamu sedang duduk di bangku, sambil menopang dagu. Dengan wajahmu yang serius, kamu memikirkan sesuatu.Alismu berkerut menggemaskan,bola matamu menjadi bening terkena biasan cahaya matahari yang menelusup melalui jendela kelas.                                                                                                                                                                                                                                                                                     Aku menatapmu lekat,tanpa berkedip sedikitpun. Kamu masih tetap sama, tetap menjadi pemuda pendiam,namun memiliki pesona yang begitu kuat. Kamu masih tetap sama, dengan tingkah lakumu itu, yang membuatku semakin penasaran padamu.

Kamu..Sama indahnya seperti hujan yang datang di saat sore. Tatapan matamu sama teduhnya seperti angin yang berhembus menelisik ketika hujan datang. Sifatmu sama dinginnya seperti desauan angin yang menyapa kulit. Begitu dingin, begitu tak peduli apapun.

Aku selalu bertanya, kapankah perasaan ini akan habis untukmu?Perasaanku yang diam-diam terpendam dan tidak ada seorang pun yang tahu.Perasaanku, yang selalu saja menyisipkan namamu dibaris-baris doaku pada Tuhan. Perasaanku yang dari dulu tetap sama ketika menatapmu matamu.Aku menyukai kamu dan matamu..

“Shilla..” Sapa Ify sahabatku dengan riang. Giginya yang juga di behel sepertiku tidak terkulum. Ia memamerkan senyum manisnya pagi ini.

“Lo lagi ngeliat apa?Rio?” Tanya Ify. Aku menggeleng, mengalihkan pandanganku. Ify adalah satu-satunya orang yang tahu kalau aku mencintai Rio dalam diam.

“Nothing” Jawabku pelan sambil tersenyum.

“Nanti lo gak dijemput ya?” Tanya Ify.

“Yah..Enggak lah Fy, nyokap pergi,mobil disita,hape disita,semuanya disita cuma karena nilai gue anjlok” Kataku lemas. Ify menepuk pundakku.

“Lo pulang sama gue aja kalau gue hari ini gak kerja kelompok.Oke?” Kata Ify.

Aku mengangguk tanda mengerti. Lalu Ify pergi meninggalkanku. Aku menoleh kearahmu, disaat yang bersamaan kamu juga sedang menoleh ke arahku.Kita saling bertatapan,matamu dan mataku bertemu. Disaat inilah aku hanya ingin, waktu berhenti sejenak.. Agar aku, bisa menatap matamu terus..tanpa henti..

Kamu mengalihkan pandanganmu. Aku menghembuskan nafas keras. Bisakah aku memiliki tatapan matamu itu? Jawab aku Tampan..

*

Hujan kembali menyapa penghujung sore. Aku berdiri sendiri di halte bus yang sepi menatap kendaraan yang berlalu lalang. Ify membatalkan rencana untuk pulang sekolah bersamaku karena ia harus mengerjakan project dari Mr Jo. Ya, Ify adalah sahabat yang menjengkelkan.

Aku mengetuk-ngetuk sepatuku di lantai halte yang becek. Sesekali berharap agar bus yang akan ku tumpangi datang.Aku mengedarkan pandanganku, bosan mulai menyeruak,lelah sudah mendera tubuhku sedari tadi. Aku ingin cepat pulang.

Tap..tap..tap..

Langkah kaki di lantai yang becek terdengar di ujung halte. Aku masih sibuk menatap tiap rintik hujan yang jatuh. Tidak peduli pada orang yang baru saja datang. Orang yang saat ini sudah ada disampingku. Orang yang sedang menatap hujan sepertiku. Aku menoleh, orang itu.. orang yang selama ini membuatku harus memendam perasaanku diam-diam. Orang yang menempati urutan pertama di hatiku. Orang itu…kamu.

Kamu menoleh ke arahku lalu memberikan aku sebuah senyum tipis. Aku ikut tersenyum,mencoba untuk bersikap biasa saja padahal aku senang bukan main ketika ada kamu di dekatku. Aku munafik bukan?Merasa biasa saja, padahal aku  begitu senang ketika ada kamu.

“Nyokap lo telat jemput lagi?” Tanyamu. Aku menoleh, lalu menggeleng.

“Nyokap emang gak jemput hari ini. Gue pulang naik bus” Jawabku.

“Naik Bus?Rumah lo dimana?”

“Puri..”

“Hujan-hujanan aja sama gue yuk. Rumah lo kan ga jauh-jauh banget”Katamu. Aku melotot.

“Gak Rio..Nanti gue sakit!” Jawabku.

“Kenapa harus takut sakit? Di dunia semua orang pasti sakit kok. Gak ada yang gak sakit.” Kamu meraih tanganku. Aku menahan langkahmu.

“Tapi Rio-”

“Gak apa-apa Shill..” Katamu.

Aku akhirnya menyerah. Kamu menggenggam tanganku yang dingin. Mencoba menghangatkanku dengan cerita-cerita yang kau lantunkan lewat bibirmu. Entahlah.. Aku bahkan bingung maksud dari genggamanmu apa. Aku bahkan tidak pernah berharap dan tidak akan mau berharap kau memiliki rasa yang sama padaku.

Jantungku berdebar ketika kamu mengenggam tanganku secara tiba-tiba.Sebuah gerakan yang begitu pelan kau lakukan namun menimbulkan getaran tak wajar di hatiku. Ini bukan mimpi.. Ini adalah sebuah kenyataan yang tak pernah ku duga. Kamu.. Menghangatkanku dengan jemarimu.

Hujan masih turun dengan deras. Tubuhku dan tubuhmu basah kuyup. Bibirku membiru, gigiku gemeletuk karena dingin yang dahsyat menusuk. Kamu memperhatikanku, genggamanmu telah terlepas sedari tadi. Tapi tatapanmu hangatmu menghujam kedua bola mataku.

Aku bertanya, inikah kamu yang mengubah segalanya jadi seperti mimpi?

Langkahmu dan langkahku mulai mendekat menuju rumahku. Sekali lagi, aku memperhatikan lekuk wajahmu diam-diam. Kamu tampan dan memesona dalam pandanganku. Sikap dinginmu menjadi daya tarik tersendiri untukku. Kamu.. Adalah pangeran hujanku.

Aku membuka pintu rumahku. Kamu masih berdiri sambil melirik kesekeliling halaman rumahku. Kamu menjadi menggemaskan ketika sedang seperti itu.

“Masuk dulu yuk Rio!”Kataku.

“Enggak deh Shill, udah sore banget gue harus pulang sekarang” Jawabmu.

“Basah kuyup gitu?Pinjem baju kak Riko aja baru lo pulang.Ya ya ya?” Kataku dengan tatapan mengiba.

“Enggak Shill, gue udah biasa. Gue pulang ya?”

Aku mengangguk pasrah mengikuti keinginanmu. Kamu tersenyum simpul.

“Oke, gue pulang ya” Katamu lalu kamu mengacak-acak rambutku dengan gemas.

Aku tersipu. Ku tatapi punggungmu yang mulai menjauh. Sesekali berharap, semoga kamu juga mencintaiku secara diam-diam. Semoga kamu, suatu hari nanti, akan membisikan aku sebuah kata yang begitu aku inginkan.

Kini, aku tahu bahagia itu memang sederhana.

Sesederhana saat aku dan kamu berdua dibawah langit yang mengguyur hujan.

*

Cuaca siang hari begitu terik, angin sesekali bersemilir lembut menyejukkan. Aku berbaring di tempat tidurku yang empuk. Ku tatapi langit-langit kamar. Aku tidak masuk sekolah karena aku terkena demam yang tinggi. Suhu tubuhku menjadi sangat panas. Ya, hal yang biasa ketika aku terkena hujan.

Aku mengambil sebuah buku yang tergeletak begitu saja di meja kecil samping tempat tidurku. Aku meraih pena, membuka lembar demi lembar buku. Aku tersenyum, siap untuk menggoreskan tinta diatas kertas.

Aku tahu, kamu adalah seorang pemuda misterius yang selalu ada di dekatku saat hujan turun di penghujung sore.
Aku tahu,kamu adalah sosok yang tak pernah teraba sedikitpun olehku.
Hadirmu yang secara tiba-tiba, mengejutkan,tapi juga membahagiakan.
Kamu tak pandai mengeluarkan banyak kata-kata manis nan penuh magis.
Tapi kamu selalu pandai menghangatkanku dengan jemari dan tatapanmu..
Aku jatuh cinta padamu, entah kamu.
Kamu seperti hujan yang mengguyur secara tiba-tiba dan tak tertebak.
Kamu adalah hal yang selalu membuatku bertanya-tanya.
“Pernahkah kamu bahagia ketika bersamaku seperti aku yang selalu bahagia ketika bersamamu?”

Aku tersenyum puas menatap barisan kata-kata yang baru saja ku tulis. Semilir angin yang lembut sedikit menyamarkan rasa panas yang berlebihan. Aku menghela napas panjang, ku tatap jendela. Wajahmu masih bolak-balik memenuhi pikiranku.

Namamu masih sering ku rapalkan dalam baris-baris do’a. Hujan terasa lebih indah jika ku lewati bersamamu. Kamu, hujan, dan penghujung sore yang menyembunyikan semburat jingga-nya menjadi hal paling menarik dan hal yang paling aku tunggu.

Tok..tok..tok..

“Ya?Masuk”

Aku mengalihkan pandanganku. Lalu tersenyum bahagia karena kamu sudah berdiri diambang pintu sambil tersenyum padaku. Senyumanmu manis sekali, wajahmu terlihat lebih berseri-seri siang ini. Kamu terlihat sangat manis hari ini.

“Hei.. Sorry Shill, gara-gara gue lo sakit” Katamu pelan.

“Gak apa-apa kok yo..Tubuh gue aja yang terlalu lemah” Jawabku. Kamu duduk disampingku.

Kamu tidak berhenti tersenyum, aku kebingungan mencari arti dari senyummu yang merekah tanpa henti seperti ini. Kita terdiam, desah angin sesekali terdengar halus. Kita sama-sama menatap langit biru yang tak tertutup awan.

“Lo bolos sekolah?” Kataku, mulai berani bertanya.

“Enggak, sekolah emang lagi pulang cepet. Biasa, rapat guru” Jawabmu.

“Oh. Lo seneng banget kayaknya hari ini.Kenapa?”Aku mulai menanyakan hal yang dari tadi aku sembunyikan, aku pendam. Senyummu semakin merekah, semakin manis.

“Gue..” Katamu, menggantung semua kalimatmu.

“Gue jadian sama Ify! YESS!” Katamu sambil melonjak kegirangan.

Aku terdiam, kamu bercerita tentang bagaimana kamu mengungkapkan perasaanmu. Ada rasa kehilangan yang mendalam. Ify menikamku, dan kamu meninggalkanku untuk seseorang yang telah mengkhianatiku.

Harusnya Ify tidak menerimamu. Dia tahu aku memiliki perasaan yang lebih terhadapmu selama berbulan-bulan. Kamu belahan jiwaku, dan Ify juga belahan jiwaku. Haruskah belahan jiwaku memilih pergi dengan belahan jiwaku yang lain?

Aku merasa kan sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya.

Hampa..

*

Jalanan terlihat sepi. Hujan rintik-rintik mulai turun lagi. Selalu, setiap sore. Aku berdiri sendiri di ruko yang sudah tutup. Angin berhembus menusuk tulang. Aku kesepian. Tidak ada lagi kamu yang selalu datang ketika hujan di penghujung sore datang.

Semenjak itu, aku sengaja menjauh darimu agar luka yang aku miliki lekas sembuh. Cinta diam-diam yang aku punya ini masih dengan rapi ku simpan. Hingga hatimu yang selalu beku, tidak pernah tahu. Ya, aku menyedihkan bukan? Mencintai kamu, yang jelas-jelas mencintai orang lain. Sahabatku sendiri.

Oh.. aku lupa, Ify bukan lagi sahabatku. Gadis itu terlalu jalang untuk aku sebut sebagai sahabat bukan?Gadis itu kan yang mengubahmu menjadi monster yang sangat mengerikan untukku? Kamu, yang dulu mengakui aku sebagai ‘sahabat’mu sekarang menjadi kamu yang tak lagi melihatku dalam pandangan matamu.

Entahlah Rio.. Aku bahkan tidak mengerti mengapa kita menjadi dua orang yang sama-sama memiliki sikap dingin. Entah aku yang terlalu dingin, entah kamu yang tiba-tiba menjadi seorang pemuda sebeku es. Aku masih memiliki perasaan yang sama padamu Rio. Aku masih berharap di tengah-tengah rintik hujan yang jatuh; aku, ingin kamu tahu perasaanku yang sebenarnya.

Gelak tawa di ujung jalan membuyarkan lamunanku. Aku menoleh, kamu dan Ify sedang berdua. Berjalan bersama dibawah hujan yang semakin deras. Aku menahan rasa sesak yang menghimpit didadaku. Aku menjadi ingat waktu itu, waktu kita berdua dibawah hujan, waktu kamu mengantarku pulang kerumah.

Kamu lewat di depanku. Tanpa menyapaku, tidak melihatku sama sekali. Aku menghembuskan nafas keras. Ku tatapi langkahmu dan dia yang semakin menjauh. Aku merasakan hampa yang tidak tertahankan. Harusnya aku yang ada disampingku, harusnya jariku yang ada dalam genggamanmu.

Setetes hujan terjatuh dari pelupuk mataku.

Adakah yang lebih menyakitkan dari melihat seseorang yang kau cintai diam-diam sedang melewati hujan bersama mantan sahabatmu di penghujung sore?

No comments:

Post a Comment

 

Rapz♔ Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting